Virus K-Pop dan Dekonstruksi Aqidah
Kamis, 05 April 2012
Oleh: Muhammad Saad
HADIRNYA
artis Korea (K-POP) dalam blantika hiburan, rupanya benar-benar telah
membius dan menghipnotis sebagaian besar masyarakat Indonesia, terutama
para remaja. Mulai dari sinetron, lagu, bahkan pakian dengan
aksisorisnya menjadi kiblat bagi mereka yang mengidolakan.
Hampir
semua remaja kini menggandrungi dan cenderung mengikuti trend artis
Korea. Mulai potongan rambut disasak tanpa aturan, mode busana ala
K-Pop Boy and Girl Band, sampai bahasa-pun, kian digandrungi. Bahkan
yang ironis, karena saking inginnya untuk perfect dalam berbahasa Korea,
seorang gadis fans berat Korean Style dari Inggris benama Rhiannon
Brooksbank-Jones mengoprasi lidahnya.
Tidak saja di Indonesia,
ternyata virus demam artis korea dengan K-Pop-nya telah menjalar ke
Negara Eropa. Sebuah media baru-baru ini memuat kesuksesan artis Korea
terlebih dalam dunia tarik suara, tidak saja membooming di Asia, namun
sudah menembus di Eropa. Hal ini terbukti dengan suksesnya konser lima
band asal Korea Selatan di Le Zenith de Paris Concert Hall, Paris,
Prancis yang digelar 10 Juni lalu.
Bicara tentang keberhasilan
dunia intertainment Korea, tentunya yang dimaksud adalah Korea selatan
yang pro dengan gaya hidup Barat (Amerika). Tentulah tidak mengherankan
jika yang mencuat, dan sedang naik daun dalam dunia intertainment adalah
Korea Selatan, bukan Korea Utara. Karena media Barat sangat berjasa
dalam memboomingkan artis-artis Negeri Ginseng tersebut.
Bukan
tanpa maksud para awak media Barat dengan kroni-kroninya menskenario
popularitas artis Korea dengan K-Pop, sinetron dan fashionnya. Tidak ada
makan siang geratis bagi Barat dalam setiap memberikan bantuan jasa
kepada negara lain. Ada misi tertentu yang bisa menghasilkan keuntungan
bagi peradaban Barat dan Amerika pada khususnya. Penulis tidak bermaksud
membahas keuntungan apa yang diperoleh Barat terhadap Gelombang Korean
Style, namun lebih menfokuskan kepada bahaya apa yang dibawa fenomena
idolasisasi ini.
Produk Hegemoni Barat
Dr Adian Husaini,
peneliti pemikiran dari INSIST, mengatakan, maraknya idolasisasi
terhadap hiburan inport (dalam hal ini Korea), merupakan sebuah bukti
bahwa betapa kuat arus globalisasi dalam bidang hiburan, yang mana
globalisasi mengarah pada “imperialisme Budaya” Barat terhadap budaya
lain.
Inilah yang kemudian disebut dengan hegemoni Barat.
Hegemoni adalah mengendalikan negara bawahannya melalui imperialisme
budaya, misalnya bahasa (lingua franca penguasa) dan birokrasi (sosial,
ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal
ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada
aturan tindakan.
Menurut Antonio Gramsci bahwa dominasi Barat
terhadap budaya di negara-negara berkembang, bertujuan untuk memaksa
negara berkembang agar terpaksa mengadopsi budaya Barat. Sedangkan bagi
Dr Adian, salah satu misi dari hegemoni Barat terutama Amerika ialah
mengekspor moderintas dan memprogandakan konsumerisme.
Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan hegemoni Barat
terhadap bangsa lain adalah untuk melanggenkan dominasi peradabannya.
Dekonstruksi Aqidah
Demam
Korean style (K-Pop) merupakan bahaya laten bagi umat Islam. Hal ini
disebabkan Korean style, selain mencemari tradisi budaya Indonesia yang
terkenal santun, juga merusak sendi-sendi akhlak dan mendonstruksi
prinsip-prinsip dalam Agama.
Korean style sebagai produk
globalisasi dalam bidang Fun atau hiburan, telah mengikis akhlak umat
Islam. Kehidupan borjuistis ala musik K-Pop, semangat hidonis dan
matrealistis dalam alur cerita sinetronnya, serta pakian minim dalam
model busananya, menggeser polapikir para penikmatnya. Hal itu kemudian
menjadi gelombang trend besar-besaran seluruh masyarakat.
Tengok
saja remaja muslim sekarang, dari penampilan sampai mindset, pelan tapi
pasti telah berubah ala Korean style. Seolah tersihir dengan
performance artis Korea, setiap hal baru yang datang dari mereka
dianggap positif dan selalu diup -date. Bahkan Minuman Wine (bir) beras
khas Korea yang jelas-jelas haram, dikatakan baik dan menyehatkan meski
agak memabukkan.
Jika dikaji dalam perspektif hukum Islam,
gelombang Korean Style tidak saja bisa mengikis akhlak umat Islam, tapi
juga akan mendekonstruksi keimanan. Hal ini disebabkan karena adanya
tasabbuh (meniru-niru) dengan menjadikannya sebagai artis ideola,
padahal semua tindak-tanduk, kepribadian dan perilaku sehari-harinya
menyebabkan seorang muslim menjadi munafik atau keluar dari akhlak
Islam.
Sebuah peringatan keras dalam al-Qur’an bagi mereka yang
menjadikan idola selain orang Islam akan dibangsakan sebagai orang
munafik. Firman Allah An Nisaa Ayat 138 – 140:
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً الَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir
itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.”Menurut
Ibn Katsir dalam tafsirnya, yang dimaksud dengan lafadz “auliya’” itu
bermakna penolong, kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola. Adanya
rasa simpatik dan empatik dalam hati karena menjadikan penolong,
kekasih, teman akrab, pemimpin dan idola ghairul muslim, bisa
menyebabkan lunturnya iman seseorang dan bisa mengkonversi dari mukmin
menjadi munafiq.
Kelompok munafik adalah sejelek-jeleknya umat.
Mereka lebih hina daripada orang kafir. Siksaan bagi munafikin-pun lebih
pedih, bahkan mereka ditaruh di dasar neraka (inna al-munaafiqina fi al-darki al-asfal mi al-naar).
Oleh
karenanya dalam QS. an-Nisaa’ 144, Allah melarang orang-orang beriman
untuk mengidolakan orang-orang kafir. Karena hal itu sama saja dengan
mengundang kemurkaan Allah yang siap dengan siksaan-Nya. Firman Allah:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء
مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُواْ لِلّهِ عَلَيْكُمْ
سُلْطَاناً مُّبِيناً
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang
nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).” (QS: Al-Nisaa’. 144).
Penutup
Ternyata
virus gelombang Korean style bukan permasalahan sepele, sebatas
gandrung menikmati musik dan sinetronya semata. Disamping produk
hegemoni Barat, lebih dari itu, gelombang Korean style telah membawah
problem yang serius bagi umat Islam, problem yang menyebabkan dekadensi
akhlak dan dekonstruksi aqidah alias rusaknya akidah.
Karenanya,
segenap kaum Muslimin, mari kita rapatkan barisan, guna membentengi
umat dari serangan virus yang lahir dari globalisasi-modernisasi Barat.
Yang tanpa sadar, keberedaannya dapat menghapus nilai-nilai ajaran
agama. Serta memalingkan pengikutnya dan tidak akan kembali. Bak anak
panah, ia terlepar dari gendewanya. Wallahu ‘a’lam bi shawwab.*
Penulis adalah Alumni PP. Aqdamul Ulama’ Pasuruan, Mahasiswa Tingkat Akhir Sekolah Tinggi Uluwiyyah Mojokerto
Keterangan: Aksi Girl Band dari Sidayu, Sunni. K-Pop juga melanda remaja Muslim berjilbab
Red: Cholis Akbar
|
0 komentar:
Posting Komentar